Rabu, 16 November 2011

WAJAH JELEK IDENTIK DENGAN PERAN JAHAT??

Sudah lama saya sedikit terusik dengan sebuah tayangan sinetron di televisi swasta yang tayang jam 21:00. Hampir setiap adegan yang ditampilkan sarat dengan kekerasan. Salah satu dialog yang paling saya ingat adalah “Saya akan memanggil anak buah saya untuk menghabisi kamu” lalu tak lama berselang muncul anak muda berbadan tegap, berkulit gelap, kekar, dekil lalu bertarung ala hero membela sang majikan.

Jangan salah..saya tidak sedang memperbincangkan sebuah jalan cerita sinetron tersebut , tapi yang menarik perhatian saya kenapa tokoh si preman selalu muncul dengan wajah jauh dari rupawan? Apakah orang yang besar, hitam, dekil itu selalu identik dengan orang jahat?

Kemudian saya ingin menceritakan kisah seorang teman saya yang kehidupannya sedikit tidak adil untuknya. Bukan tidak adil dalam konteks Tuhan memberikan kebahagiaan terhadap dirinya, tapi lebih terhadap perlakuan masyarakat terhadap dirinya. Namanya sebut saja Bunga, memiliki rambut tebal dan ikal, kulit hitam plus tubuh yang sangat berisi. Dia sosok yang cerdas dalam bidang akademis, memiliki bakat seni yang kental dalam tubuhnya salah satunya bermain teater. Suatu kali dia dating kepada saya “Sis…kenapa aku selalu dapat peran orang jahat, jadi ibuk kos cerewet, tokoh-tokoh jahat lah” ucapnya. Saya tersenyum lalu bilang, “oke nanti kakak datang liat kamu tampil” penasaran saya kala itu bagaimana kemampuan akting dia.
Tidak lama berselang sebuah radio swasta di Banda Aceh mengadakan sebuah acara di taman sari dan kebetulan teman saya tadi ikut tampil dalam sebuah pementasan teater. Perannya cuma sebagai ibu-ibu yang cerewet yang hanya mengambil tempat sekian durasi saja. Tapi taukah ternyata dia mampu menghipnotis penonton jauh melampaui tokoh sentral didalam pementasan tersebut. Applous penonton membuat saya merinding.
Dua poin diatas membuat saya berfikir ternyata tayangan di televisi dan realita terjadi di masyarakat kita membuat saya mengambil suatu kesimpulan ternyata obsesi terhadap penampilan fisik mempengaruhi setiap orang dalam budaya kita. Orang yang berparas rupawan atau yang biasa saja mengemas dirinya serupawan mungkin ternyata jauh lebih mendapat tempat dalam masyarakat kita.

Dua poin diatas membuat saya berfikir ternyata tayangan di televisi dan realita terjadi di masyarakat kita membuat saya mengambil suatu kesimpulan ternyata obsesi terhadap penampilan fisik mempengaruhi setiap orang dalam budaya kita. Orang yang berparas rupawan atau yang biasa saja mengemas dirinya serupawan mungkin ternyata jauh lebih mendapat tempat dalam masyarakat kita.

Mau bukti? Coba aja lakukan tes terhadap anak kecil..beri dia setumpuk foto lalu disuruh memilih yang mana orang jahat maka dengan tanpa berfikir dua kali pasti dia memilih sosok yang paling jelek *baca: tidak rupawan. Mungkin saja mereka terilhami tokoh ibu peri yang cantik atau tokoh monster yang jahat dikomik, cerita atau tontonan di televisi.

Akhirnya fenomena sosial diatas membuat saya menemukan jawaban yang paling bijak saat ini, yaitu melawan ketidakadilan dengan menjadi orang yang terlihat menarik dan lebih rapih menempatkan diri *bahasa kerennya cantik luar dalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar