Sabtu, 12 November 2011

sosok ayah dimataku

Jika ditanya siapakah sosok idola kamu? Aku akan menjawab ayahku…

Inilah sepenggal sosok ayah dimataku :)

*sosok ayah dimataku ketika aku usia SD

Aku tumbuh menjadi anak yang tomboy, manja tapi patuh ma orang tua..yaahhh nakal-nakal dikit namanya juga anak-anak :p. Dimana ada ayah disitu ada aku, nama kecilku tatok..ayah sering memanggilku demikian, mungkin ingin memiliki anak laki-laki kali yaaa?. Dimataku, masa kecilku terlewati begitu indah. Setiap sore aku jalan-jalan dengan ayah, naik gunung paya nie (dulu aku mikirnya gunung padahal Cuma bukit) makan siang disana bertiga dengan kakakku satu-satunya. Ayah sering menguji kemampuanku mengingat nama desa, jadi setiap melewati papan nama desa ayahku mempercepat laju motornya supaya aku tidak sempat membacanya hahaaha (anehnya sekarang kok aku bias lupa nama tempat en jalan?).
Hal yang tidak bisa aku lupa adalah waktu aku sekolah hampir tiap hari aku satroni sekolah ayah buat minta jajan, karena jaraknya sangat dekat. Kalau aku sudah beridiri manis depan kelas dengan gagahnya maka ayahku langsung keluar ngasih jajan :)

Dibalik sikap lunaknya ayahku juga sosok yang sangat disiplin, dari kecil aku dididik untuk bisa mengatur manajemen waktu dengan baik, kapan saatnya tidur, bermain juga belajar. Jangan harap jam istirahat siang berada diluar rumah bermain selayaknya anak-anak dikampung kami. Suara tegas ayah langsung membuatku meringsut tidur dengan manis dikamar, padahal jangan ditanya kesal sekali waktu itu, menghitung menit sampai jam 4, karena jam 4 baru boleh main diluar rumah.

*sosok ayah dimataku ketika usia SMP

Aku tumbuh menjadi anak periang, lebih santun, tidak seberingas waktu SD hahahha. Ayahku tetap menjadi idola, bodyguardku, sekaligus sahabat. Waktu smp aku cenderung lebih dekat ayah, beliau yang mengantar jemput waktu sekolah. Memori yang slalu kuingat hampir setiap pagi aku panik karena dasi kupu-kupu aku selalu hilang entah kemana, jadi aku selalu mampir ke toko yang jual dasi karena jangan harap dikasih masuk pintu pagar tanpa dasi. Ayahku sudah angkat tangan masalah aku teledor, dimarahin juga aku paling cengar cengir manis J. Sepulang sekolah aku dijemput, nah..sepanjang jalan aku cerita tentang guru A, guru B guru C, aku ngapain aja disekolah (tentunya cerita yang baik-baik dunk ahhahaha)

Beranjak kelas 3 aku mulai puber, aku menamainya puber begok! Kenapa aku bilang puber begok? Aku takut jalan ma ayah takut ketauan nanti ma orang-orang itu pacarku!!! Kok tua amat pacarnya? Ampuuuun sekarang kalo mikir kok jadi merasa bersalah ya? Ayahku sampe bilang “malee nyoh jak ngen ayah karna ayah ka tuha?(malu ya jalan ma ayah karna ayah udah tua :) aku cuma diam membisu gak tau harus jawab apa. Bodoh bodoh bodoh

*sosok ayah dimata teman-temannya

Ayahku anak yatim piatu yang ditinggal kakek nenek semenjak usia Min (setingkat SD), kuliah ayahku mencari biayanya sendiri dengan berkerja serabutan jadi tukang gali kuburan, gali sumur dsb. Tapi jangan ragukan akademisnya, ayahku sosok yang cerdas. Jago matematika dan statistic J, banyak teman-teman yang sedang skripsi belajar olah data ma ayah (dulu belum banyak yang mengerti statistic). Kadang aku minder jika ditanya orang-orang apakah aku sepintar ayahku L.

Dulu jika ada yang minta bantuan ayah mengerjakan soal, malamnya mereka cukup datang kerumah membaca besa-besar dan ayahku hanya duduk diam mendengarkan. Besoknya mereka ujian, ayahku duduk dikantin menunggu dibawakan soal-soal…ayahku akan menjawabnya.

*sosok ayah dimata bunda

Ayah tidak romantis, tidak pandai memilih baju…bunda minta baju jalan-jalan eh dibelikan daster J. Tapi ayah sosok yang setia, bagaimana tidak? Selama setahun bunda sakit terkapar di tempat tidur, elama setahun ayah sertia menyuapi, memandikan kami yang masih kecil-kecil serta memasak buat kami adalah rutinitas sehari-hari beliau. Pernah bunda menyuruh ayah menikah lagi,tapi ayah dengan tegas bilang tidak. Ini bukan fiksi di dongeng-dongen.

*cerita ayah menjelang kematiannya :)*aku SMA

Ayah banyak meninggalkan firasat kepada kami, sepertinya beliau tahu akan pergi untuk selamanya. Gelagat beliau sangat aneh, cenderung sangat pendiam tidak ceria seperti dulu. Lebih rajin mengaji, salat dengan sujud sangat lama J. Fasa yang sangat berat untuk aku kenang dan ceritakan secara detail, karena saat menulis ini pun aku tidak bias menahan kesedihanku.

Seminggu sebelum kematian aku ingat sekali diruang tamu ayah duduk dengan bunda, aku selonjoran dikarpet. Ayah bilang dlm bahasa aceh “kalau ayah meninggal bunda jangan menikah lagi ya? Bundaku menjawab sambil bercanda…”mana ada, begitu ayah meninggal bunda akan menikah lagi dengan pilot”. Ayahku menimpali lagi…”ayah serius, kalau bunda meninggal ayah janji akan rawat anak-anak sampai berhasil sampai sarjana.

Pagi itu minggu kamis tanggal 27 desember 2001 ayah pamit mau menebus obat ke dokter ke kota bireuen. Sebelum pergi ayah pamit padaku, saat itu aku sedang membersihkan halaman karena beberapa hari lagi mau lebaran. Ayah memandangku sangat lama sampai aku jengah “ayah kenapa yah??” aku bertanya namaun ayah cuma tersenyum sambil membelai kepalaku pelan, sebelum menuju motornya aku salam seperti biasa sambil bilang “ayah..hati-hati ya”.

Itu percakapan terakhir aku dengan beliau

*cerita dirumah sakit

Aku tidak sanggup menceritakan secara detail. ayahku kecelakaan, ditabrak truk hingga pembuluh darah diotaknya pecah. Ayahku koma, aku hampir gila bila mengingatnya, ayahku..orang yang paling aku saying, orang yang selalu ada disamping aku dalam kondisi tak berdaya. Aku berkali-kali mengajaknya bicara, berdoa, mengaji semalaman...tapi beliau tidak bergeming. yang aku lihat,ketika aku bercerita tentang banyak hal seperti biasa ayahku menitikkan air mata walaupun matanya tetap terpejam. Jumat, jam 10 tanggal 28 desember 2001 hari jumat atah meninggal. Wajahnya tersenyum manis sekali mengiringi kepergiannya. Yang terfikir olehku saat itu, bagaimana aku bisa menyelesaikan hidupku tanpa beliau disisiku seperti biasanya. Aku tak mungkin membangunkannya kembali dan mengajakku bercanda seperti biasanya, Aku hanya bersyukur memiliki ayah sepertinya, melewati separuh hidup dengannya :)

Janjiku saat ini…aku akan jadi anak membanggakan orang tuaku, menyelesaikan S2 ku dengan tekun, ingin menjadi kebanggaan bundaku. Aku bersyukur memiliki orang tua seperti mereka, banyak ilmu aku dapatkan. Karena ilmu yang tidak pernah luntur adalah kasih sayang orang tua.

Bagi siapapun yang masih memiliki ayah, buat mereka bangga…buat mereka bersyukur telah memiliki kalian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar